Jehan
Jehan | Tourist
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia | halal
2.12 K0

Nyobain Laagi, Warteg Kekinian di d'Boulevard WTC eMall Surabaya

laagi rumah makan surabaya, kedai laagi di wtc, menu di laagi surabaya

Sepertinya Laagi bisa menjadi salah satu jujugan kulineran sajian omahan untuk siapa saja. Makan di sini bonus vibes tongkrongan kekinian loh~
Post Content

Mulanya datang ke sini karena penasaran dengan kompleks nongkrong yang ada di kawasan d'Boulevard WTC eMall (belakangan ini sering bersliweran di media sosial sih). Persis dengan informasi yang ku dapat dari nge'googling kalau di sana ada 4 tenant kulineran.

Pas banget waktu sampai di d'Boulevard WTC sudah memasuki waktu makan siang. Alhasil, langsung milih gerai makanan deh dan pilihan jatuh ke Laagi. Belum sempat cari tahu mereka jual apa aja, tapi jujur warna hijau botol yang dipadukan dengan warna putih dari tema eksterior mereka menjadi salah satu magnet untukku memilih mereka.

Sama persis seperti tenant yang lain, Laagi memiliki dua bagian ruangan, yakni indoor dan outdoor. Bagian indoor yang mereka miliki tidak terlalu luas, namun terlihat cukup nyaman. Hanya saja saat aku datang ke sana, bagian indoor Laagi sudah dipenuhi pelanggan, jadi pilihan satu-satunya ya hanya duduk di sisi luar.

Syukurnya siang itu cuaca sedikit mendung, jadi terik matahari kota Pahlawan ini sedikit bersembunyi dibalik awan. Sepertinya, suasana paling oke untuk nongkrong di kawasan d'Boulevard WTC ini di sore hari atau malam hari.

rumah makan laagi surabaya
sisi outdoor - rumah makan laagi

 

Ketika memasuki Laagi, siapa saja akan disambut dengan sudut pandang etalase yang ada di bagian depan indoor mereka. Di sana mereka menata menu makanan yang dijual, ada berbagai macam pilihan lauk, sayuran, hingga gorengan.

laagi d'boulevard wtc emall
etalase makanan - rumah makan laagi

Konsep warteg menjadi salah satu gaya dari Laagi, yang mana menurut aku gaya dapur seperti itu sangat membantu para pengunjung untuk memuaskan visual mereka. Tidak hanya itu saja, gaya dapur warteg juga bisa membantu pengunjung untuk memutuskan menu mana yang mereka inginkan, bukan?

Saat mengedarkan pandangan ke bagian atas, ada papan menu sekaligus harga yang tercantum dari Laagi. Terlihat ada papan bertuliskan, minuman, djajanan, dan makanan. Menu-menu yang mereka sediakan cukup bervariasi dengan pilihan sajian masakan nusantara.

menu minuman di laagi
papan menu minuman - rumah makan laagi

menu makanan di laagi
papan menu makanan djajanan dan makanan - rumah makan laagi

Untuk pemesanan menu, pengunjung akan langsung memesan ke pada pelayanan Laagi, lalu mereka akan langsung menyiapkannya untuk kita. Gorengan yang ada di bagian depan bisa langsung kita pilih dan ambil, jika menginginkannya. Setelah selesai memesan, kita bisa langsung membayar ke kasir yang ada di samping etalase makanan.

Jangan lupa setelah mengambil minuman dan makanan, ambil juga cutlery yang diletakkan di dekat meja kasir, sembari membayar pesananmu. Siang itu, aku memesan sepiring nasi kalio daging, lalu menambah pangsit goreng, dan dadar jagung sebagai camilan pelengkap. Minumannya, aku memesan tjampolay dan coklat klasik.

MAKANAN

  • Nasi Kalio Daging (Rp25.000)

Katanya sih, Nasi Kalio Daging jadi salah satu menu andalan mereka. Dari tampilan menu yang aku pesan kali ini cukup terlihat sangat sederhana. Pada menu ini mereka menyajikan nasi putih yang disiram dengan sedikit kuah, lalu ada beberapa potongan daging dan kentang yang diletakkan di atas nasi. Tidak lupa di bagian paling atas sebagai pelengkap, mereka juga menaburkan bawang merah goreng.

Sebelum nyobain, ada satu hal yang kusadari dari sajian mereka, aku bisa mencium aroma masakan khas bumbu rempah yang cukup kuat dari Nasi Kalio Daging milik Laagi ini. Jika melihat tampilannya sekilas, menurut aku kuah yang dimiliki dari sajian ini cenderung encer tidak terlihat tekstur kental sama sekali.

laagi kedai surabayasepiring nasi kalio daging- rumah makan laagi

Enggak pakai lama, penasaran dengan bagaimana rasanya aku langsung menyuapkan sesuap nasi, lengkap dengan irisan dagingnya. Aku bisa merasakan ada taste bumbu khas Sumatra.

Namun rasa yang ada di menu ini tidak begitu kuat, berbeda dengan aroma wangi rempahnya yang cukup menyengat. Jika lebih memudahkan untuk menggambarkan tentang bagaimana kesan saat mencobanya, aku akan bilang bahwa Nasi Kalio Daging dari Laagi ini lebih cenderung mengingatkanku pada sajian nasi gulai atau opor.

Meski di luar ekspektasi sejak pertama melihat menu kalio, menu yang satu ini tetap enak untuk ku habiskan hingga bersih. Terlebih, rasanya semakin mantap dan wangi karena ada taburan bawang goreng di atasnya yang cukup banyak.

  • Dadar Jagung & Pangsit Goreng (@Rp5.000)

Tidak ada yang spesial dari Dadar Jagung yang mereka buat. Aku pribadi tidak terlalu menyukai tekstur Dadar Jagung yang dominan lembut, dan mereka membuat gorengan ini memiliki tekstur lembut.

Pas nyobain Dadar Jagung dari Laagi, aku hanya merasakan sedikit aroma khas dari penyedap dan bawang putih. Menurut aku harga yang diberikan untuk sepotong gorengan dengan ukuran kecil dengan segala rasa serta teksturnya ini, sedikit cukup mahal.

laagi cafe surabaya
gorengan menu pelengkap - rumah makan laagi

Gorengan selanjutnya yang aku pilih adalah Pangsit Goreng. Gorengan yang satu ini memiliki bentuk persegi namun di salah satu ujungnya telah terlipat dan diisi dengan adonan ayam cincang yang dicampur dengan jamur kuping.

Rasa isian dari Pangsit Goreng milik Laagi ini, cukup asin. Menurut aku, bagian isian dari Pangsit Goreng ini memang lebih cocok dinikmati bersama suapan nasi. Jika dibandingkan dengan Dadar Jagung, aku lebih suka dengan Pangsit Goreng mereka. Kriuk dari pangsitnya bisa menjadi pelengkap yang pas untuk menghabiskan sepiring nasi kalio dari Laagi.

MINUMAN

menu laagi surabaya wtc
coklat klasik dan tjampolay - rumah makan laagi

  • Coklat Klasik (Rp18.000)

Pesan Coklat Klasik maka akan mendapatkan sepotong roti tawar putih yang menjadi pasangan dari minuman yang satu ini. Coklat Klasik yang mereka punya, memiliki rasa bubuk coklat yang cukup kentara.

Rasa manis yang ada di minuman ini pun dibuat dengan pas, tidak terlalu manis dan tidak hambar ketika es batu di gelas mulai meleleh. Aku pribadi lebih suka menikmati es Coklat Klasik tanpa roti, karena menurutku tekstur roti yang diberikan tidak begitu lembut.

Tapi sebenarnya tekstur roti yang seperti itu, memang menjadi salah satu ciri khas roti tempo dulu yang seringkali dinikmati bersama teh atau susu. Cara makannya juga lebih sering dinikmati dengan mencelupkan roti ke dalam minuman.

  • Tjampolay (Rp 15.000)

Apa kamu pernah tahu atau sudah cukup kenal dengan sirop dari daerah Jawa Barat ini? Sirop yang satu ini memiliki rasa yang sangat khas, ada sedikit rasa asam dari buah yang sangat tipis. Saking tipisnya, bahkan asam dari sirop ini sering tidak terasa.

Laagi menawarkan Tjampolay yang dipadukan dengan selasih dan nata de coco. Bagiku Tjampolay merupakan salah satu merk dagang sirop lokal yang legendaris. Tentu saja ketika menyesap Tjampolay dari Laagi ekspresiku yang telah lama tidak menikmati sirop omahan ini cukup terkesima.

Rasanya seperti menikmati segelas minuman yang disajikan di rumah nenek, terdengar cukup klise, ya? tapi seperti itulah pengalaman yang ku rasakan ketika menikmati Tjampolay. Segar dan sederhana.

END

Menurut aku, Laagi bisa menjadi salah satu tempat nongkrong yang asyik dan seru buat hangout bareng teman atau keluarga. Berbagai macam pilihan menunya menurut aku akan cocok untuk berbagai kalangan usia. Soal harga yang diberikan untuk setiap menu dari Laagi, menurut aku cukup worth it to buy. Karena penawaran yang mereka berikan tidak hanya dari menu, tapi juga suasana rumah makan dengan nuansa yang nyaman.

Opening Hours
Setiap hari, pukul 10:00 - 22:00 WIB
SUGGESTED PARADISE
No data
SUGGESTED CULINARY
No data